Kedua kali

Mungkin benar kata orang, jatuh cinta membuatmu menutup akal sehat. Tapi, mungkin juga kali ini aku yang terlalu berharap dan berimajinasi. Begitu bodohnya aku, membukakan kembali pintu yang dulunya telah kau rusak. Aku telah berusaha memperbaiki segalanya, segala kerusakan yang ada dipintu itu. Kemudian kau datang untuk kedua kali, dengan mudahnya aku menerima kehadiranmu kembali. Bahkan kau membantuku memperbaiki pintu yang telah kau rusak saat dulu kala. Keping demi keping kita bangun dengan gelak tawa dan senyuman bahagia. Kehadiranmu membuatku merasa nyaman walaupun hanya bertukar kabar. Lalu pintu itu kembali utuh dengan adanya dirimu, kau masuk dan menitipkan sebuah rasa yang sama. Aku merasa utuh kembali kala itu, kehadiranmu benar sebagai pelengkap dalam picisan puzzleku.

Tetapi,tak butuh waktu yang lama untukmu tinggal. Seharusnya aku sudah bisa menebak sejak awal kehadiranmu. Tanpa basa basi kau pergi, untuk yang kedua kali. Kukira semua ini akan bertahan lama, kukira segala tentangmu telah berbeda. Kau telah memahamiku dan menerima segala kekuranganku. Bahkan kukira kau telah sepenuhnya mengerti tentangku. Ternyata memang benar, kala itu aku sangat bodoh. Aku merasa akal sehatku telah tertutup oleh kehadiranmu. Cinta memang benar menutup akal sehatmu. Dan aku hanya terdiam memikirkan betapa bodohnya diri ini. Mempercayai orang yang dahulu ada untuk menyakiti. Kenapa begitu mudahnya aku membiarkanmu kembali menghampiri? Hanya dengan ucapan manis, yang bahkan saja kamu katakan juga ke wanita lain.

Mungkin memang kau hanya datang untuk mampir sebentar, bukan untuk singgah. Terimakasih, untuk kedua kali, kau telah merusak pintu hati yang telah kubangun megah. Segala rasa yang kau beri telah aku simpan dalam balik pintu itu. Butuh waktu yang lama lagi untuk memperbaiki.

Terimakasih telah meninggalkan luka yang sama untuk yang kedua kali.